1. Pendahuluan
Perencanaan
adalah suatu proses yang berkesinambungan (kontinyu), berkelanjutan, sejak
dari tahap survei hingga tahap
pengamatan. Perencanaan fisik merupakan
bagian atau alat organisasi masyarakat dan pengawasan atau kontrol penggunaan
sumberdaya lahan. Pada kenyataannya proses perencanaan merupakan kegiatan yang
tidak pernah selesai, karena selalu memerlukan peninjauan ualng atau pengkajian , guna memberikan umpan balik
dalam proses evaluasi. Dalam
proses penentuan alternatif , pemilihan alternatif dan evaluasi diperlukan
analisis yang seksama.
Analisis adalah
uraian atau usaha mengetahui arti sutau keadaan. Data, informasi atau keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan dikaji hubungannya satu
sama lain, diselidiki kaitan yang
ada antara yang satu dengan yang
lainnya. Analisis wilayah (regional)
ialah cara melihat berbagai faktor perkembangan dalam skala wilayah. Dalam hal
analisis daerah, daerah dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
batasannya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tujuan, sekala, dan
proses. Tujuan sangat besar pengaruhnya
terhadap proses perencanaan.
Pertanyaan untuk
apakah? dan untuk Siapa dilakukan perencanaan ?, menunjukkan peranan
"tujuan" dalam
perencanaan. Pada setiap pembuatan
perencanaan, perencana harus sudah mengetahui atau menetapkan tujuannya dan
untuk siapa perencanaan dibuat. Dalam konteks ini, proses perencanaan dapat diartikan
sebagai suatu usaha memaksimumkan segala sumberdaya yang ada
pada suatu wilayah atau negara untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan penduduknya. Untuk dapat menerapkan asas memaksimumkan manfaat
segala sumberdaya dengan meminimumkan dana masyarakat, diperlukan kemampuan
analisis atas kedua faktor yang tidak saling menenggang tersebut.
Skala
perencanaan mempunyai peranan penting pula.
Secara teori, perencana dapat mencakup seluruh dunia, atau lebih kecil
ialah batas wilayah negara. Sebagai contoh, dapat dikemukakan perencanaan
daerah aliran sungai yang menembus batas wilayah negara.
Pada umumnya
kita memepersoalkan perencanaan dalam skala nasional, wilayah dan
setempat. Setiap cita-cita dan tujuan
suatu negara dituangkan dalam rencana /rancangan nasional yang kemudian
dipecah-pecah ke dalam rancangan wilayah.
Dalam pelaksanaannya ke sasaran terakhir, rancangan wilayah diterjemahkan
ke dalam rencana setempat. Dari sini
terlihat, rancangan daerah meuupakan jembatan antara rancangan nasional dan
setempat.
Faktor
perencanaan lainnya ialah proses. Daerah maupun kota selalu berubah. Keadaan sosial akan berubah, lambat atau
cepat. Bebagai perubahan ini tentu saja
akan berpengaruh pada ekonomi masyarakat, sehingga selanjutnya berpengaruh pula
pada keadaan fisik daerah/kota. Daerah
atau kota yang
mengalami urbanisasi besar, mengalami perubahan ekonomi dan fisik yang juga
bergerak dengan cepat. Pulau Jawa dan
beberapa kota
besar di Indonesia
merupakan teladan yang bagus. Pola dan
laju proses perkembangan masyarakat, ekonomi, plitik dan lainnya dapat dikaji
untuk dijadikan bahan pertimbangan pokok
bagi penentuan kebijakan perencanaan. Kebijakan ini menyangkut beberapa aspek
penting. Selain menentukan Apa yang dikembangkan, juga harus menentukan
BAGAIMANA, KAPAN, dan BERAPA BESAR pengembangannya. Melihat pola dan laju perkembangan penduduk,
seorang perencana kota
misalnya akan dapat menentukan segala kebutuhan yang diperlukan pada 10 tahun
mendatang. Hal ini sudah mencakup pertanyaan apa dan kapan. Dalam perencanaan, hal tersebut belumlah
cukup dan masih harus dilengkapi dengan pengetahuan "berapa besar"
pengembangan yang sebenarnya dibutuhkan , dan "bagaimana"
mewujudkannya.
Berbagai
kesulitan akan dihadapi dalam pekerjaan analisis, terutama yang menyangkut
data, definisi daerah atau kota ,
penentuan batas daerah perencanaan dan lainnya. Dalam pekerjaan analisis, seringkali dihadapi
berbagai kesulitan a.l. ketersediaan data dan penentuan daerah perencanaan.
Ketersediaan data.
Data tidak
selalu tersedia seperti yang diingini oleh kepentingan analisis. Keadaan ini terutama dijumpai di Indonesia ,
yang sistem pencatatan datanya masih beragam.
Bahkan dalam suatu daerah pun, misalnya propinsi, terdapat perbedaan
pencatatan. Contohnya dalam hal data
penduduk, terdapat kabupaten atau kecamatan yang mencatat jumlah penduduk
terinci menurut golongan umur , sedangkan lainnya mencatat menurut golongan
umur lima
tahunan bahkan ada yang merinci dengan sebutan anak-anak, dewasa dan tua.
Penentuan daerah perencanaan.
Daerah
perencanaan tidak selalu terikat pada wilayah administrasi daerah. Kadangkala
daerah perencanaan didasarkan atas aspek fisik, misalnya daerah perencanaan
aliran sungai, daerah perencanaan persawahan pasang-surut, wilayah pembangunan.
1.2. Survei
Survei merupakan
tindakan awal dari sutau proses riset
atau penelitian dan biasnaya mengandung maksud
untuk "pengumpulan data". Tahapan pengumpulan data ini
merupakan sarana pokok untuk
menemukan penyelesaian suatu masalah
secara ilmiah. Penelitian merupakan
penyelidikan dan epengujian yang
amat kritis dan teliti guna menanggapi
dan memecahkan suatu masalah. Kesukaran umum pada proses pemecahan masalah
lazimnya berkisar pada dua sebab, yaitu
(1) Orang kurang mampu menggunakan cara pemecahan
atau cara epenyelesaian masalah tersebut.
Hal ini karena beberapa faktor, seperti kurang tajam dan kurang
obyektifnya cara berfikir, kurang cerdas,
kurang memiliki kemampuan psikis untuk berfikir secara rasional, tidak
cukup memiliki ketrampilan teknis, tidak cukup memiliki ketrampilan sosial
untuk menaggapi berbagai masalah sosial, dan sebagainya. Keadaan seperti ini disebut sebagai "kekurangan
formal" atau kekurangan yang bersifat
metodologis.
(2). Disebabkan oleh kurangnya jumlah fakta yang
ada hubungannya dengan permasalahan yang tengah dihadapi. Hal ini disebut sebagai
"kekurangan bersifat materi" (Kartono, 1976).
1.2.1. Pengumpulan Data
Riset merupakan
kegiatan ilmiah yang sistematik, terarah dan bertujuan. Dengan demikian bukan merupakan pengumpulan
data yang secara kebetulan, tetapi menghimpun data dan informasi yang relevan. Dalam kegiatan
ini perhlu diperhatikan beberapa hal
sbb: (1) Jenis data, (2) tempat diperolehnya data, (3) cara memperolehnya, (4)
jumlah data yang harus dikumpulkan agar mencukupi kebutuhan (cukup, memadai,
dan tepat).
Jenis Data
(1). Data kuantitatif, yaitu data yang dapat diselidiki secara
langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan cara sederhana.
(2). Data kualitatif, data yang tidak dapat
diselidiki secara langsung dan hanya dapat diukur dengan cara tidak langsung,
seperti misalnya tingkat inteligensia, ketrampilan, kejujuran, dan lainnya.
Sumber data
Dua macam sumber
data yang lazim dilibatkan adalah sumber lapangan dan sumber dokumenter.
1.2.3. Teknik pengumpulan data
(1). Teknik Komunikasi
Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai pengumpul
data, sedangkan pihak lain yang dihubungi bertindak sebagai ionforman. Dengan
teknik ini terjadi komunikasi
tanya-jawab, baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu perlu
diusahakan agar pihak informan mau dan dapat mengerti isi dan arti dari masalah
yang akan dibahas. Ada
dua faktor yang sangat berpengaruh , yaitu
bahasa dan cara pendekatan.
Beberapa petunjuk dalam
pelaksanaan teknik komunikasi ini a.l. (1) perumusan masalah dan tujuan
penelitian yang jelas, untuk menentukan pengarahan topik yang hendak
dikomunikasikan, (2) menggunakan alat komunikasi yang tepat dan penggunaan
bahasa yang harus menarik, bersikap simpatik dan luwes, (3). menghindari
berbagai hal yang dapat menyinggung harga diri dan perasaan subyek pemberi informasi. Menjunjung
tinggi kerahasiaan fakta pribadi, (4) kalau mungkin diadakan percobaan atau
latihan pendekatan terlebih dahulu.
(2). Teknik Observasi
Pada dasarnya
teknik observasi sama dengan teknik komunikasi. Perbedaannya adalah pada cara
pengisian daftar sisian dan daftar pertanyaan.
Pada teknik komunikasi pengisian dilakukan oleh informan, sedangkan pada
teknik observasi dilakukan oleh epeneliti.
(3). Studi literatur
Peneliti
mempelajari data, kuantitatif dan kualitatif, melalui sumber dokumenter
(laporan, monografi daerah, dan lainnya).
Untuk kepentingan perencanaan pembangunan wilayah, pengum pulan data dan
informasi dengan cara-cara di atas masih harus didukung dengan pengamatan langsung ke lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
menjelajahi seluruh daerah perencanaan, meninjau daerah perencanaan dari
udara, atau meninjau beberapa bagian daerah perencanaan yang dianggap dapat
memberikan gambaran daerah secara
keseluruhan.
1.3. Kompilasi data
Data yang
berhasil dikumpulkan dari survei dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa agar
mudah dibaca, mudah dilihat kaitannya satu dengan yang lain, dan
informatif. Tahap kompilasi data ini
harus mempunyai bobot "pra analisis", artinya dari kompilasi data ini
sudah dapat terbaca segala kecenderungan di masa mendatang, yang akan sangat
penting peranannya dalam proses peramalan.
Macam kompilasi data dipengaruhi oleh sistem analisis data yang akan
digunakan, yang juga menentukan volume data yang dibutuhkan. Oleh karena itu
pencatatan data harus dibuat sedemikian
rupa agar bermanfaat bagi analisis data.
Data mentah harus dibuat selengkap mungkin dan terinci.
Kompilasi data
dapat disajikan dengan berbagai cara seperti dalam bentuk tabel, peta, grafik,
gambar dan bagan.
1.4. Analisis data
Analisis adalah
penyelidikan sesuatu peristiwa untuk menge tahui penyebabnya, dan bagaimana
duduk perkaranya. Menganalisis ialah menyelidiki dengan menguraikan
masing-masing bagiannya (Poerwadarminta, 1976). Pengertian "analisis" ini memberikan petunjuk kepada kita apa yang
menjadi tujuan pokok analisis. Di dalam perencanaan daerah atau kota , siapakah yang harus
mempu nyai kemampuan menganalisis? Perencanaan selalu dihadapkan pada persoalan
yang sangat rumit. Wilson (1974) telah membagi proses perencanaan menjadi tiga kegiatan,
yaitu: penyusunan kebijaksanaan, rencana
(disain) dan analisis.
Perencana
perlu memiliki kemampuan menganalisis
agar mampu menemukan persoalan dan meramalkan
pengaruh (impact) perencanaannya.
Penentu kebijaksanaan harus mempunyai kemam puan merencana dengan baik
untuk menjamin agar ia mempunyai pandangan yang luas atas alternatif rencana
yang dihadapinya, dan juga memiliki sekedar kemampuan menganalisis guna membantu mengembangkan kriteria penilaian
dalam menentukan pilihan atas alternatif.
KEBIJAKSANAAN ............ Pelaksanaan
Kriteria penilaian
Perumusan tujuan
RENCANA (DISAIN) .......... Penyajian rencana
Mencari alternatif rencana
ANALISIS .............. Diagnosis
masalah
Modes, sistem.
Proses
perencanaan yang lengkap selalu akan melalui tahap analisis. Kebijaksanaan
perencanaan muncul sebagai hasil dari proses analisis, dan seluruh
wujud perencanaan merupakan hasil dari
proses analisis. Suatu daerah atau kota tidak akan terus
menerus berada dalam keadaannya sekarang, tetapi ia akan berubah. Perubahan ini dpaat bergerak menuju ke arah
positif, tetapi dapat pula bergerak ke
arah negatif; keduanya dikenal sebagai "perkembangan" daerah atau kota . Untuk mengetahui perubahan ini dan untuk
menentukan arah kecenderungan perkembangannya diperlukan suatu alat observasi.
Perencanaan
tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan akan kecenderungan obyek
perencanaan. Dengan mengetahui kecende
rungan perkembangan dan berbagai faktor atau variabel yang berpengaruh,
dapatlah ditentukan strategi perencanaan agar dicapai hasil sebaik mungkin.
Untuk semua ini diperlukan analisis yang cukup teliti dan rumit yang menyangkut
berbagai segi kehidupan dan penghidupan daerah dan kota .
Diagram
keterkaitan tiga kegiatan dalam proses
perencanaan pembangunan wilayah dapat diabstraksikan sbb:
.
Indikasi tujuan (keluaran)
Pernyataan masalah
Pencapaian target
Rencana Penilaian alternatif
Pendahuluan
Penilaian
pendahuluan Sistem:Ramalan penghayat-
atas dampak yang
di- an dan pengamatan sumber,
perkirakan
timbul organisasi perorangan dan
rumah-tangga
Model & Sistem
Informasi
Rencana Ramalan pengaruh
mengungkapkan Sistem analisis luar,
anggapan/
alternatif asumsi, dll.
KERANGKA KEBIJAKSANAAN
Dalam analisis,
yang diharapkan adalah kesimpulan analisis yang akan digunakan sebagai pegangan
tindakan selanjutnya. Selain metode
logika, dalam analisis data juga dikenal
penggunaan model matematika yang akan memberikan jawaban baik
kuantitatif maupun kualitatif. Penggunaan
model amtematika sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari beberapa asumsi
yang mendasari pemakaiannya.
1.5. Hakekat Perencanaan
Dalam masyarakat
Indonesia
yang sedang membangun menuju masyarakat yang adil dan makmur, pencapaian
tujuan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari perencanaan, yaitu program
tindakan yang menuju ke kesejahteraan masyarakat.
Ukuran
kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran relatif dan sangat sukar
didefinisikan. Kesejahteraan itu sendiri
dibentuk oleh berbagai faktor yang kait mengkait yang dapat diterjemahkan ke
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam membentuk suatu sistem.
Perencanaan merusaha merubah salah satu atau beberapa faktor dalam sistem tersebut, yang diharapkan dapat
menimbulkan suatu rangkaian akibat yang
merubah faktor lainnya dalam sistem tersebut secara positif.
Dalam usaha
pembangunan masyarakat, pemerintah dan masyarakat itu sendiri dihadapkan kepada berbagai keterbatasan yang mengurangi kebebasan gerak
usaha usaha pencapaian tujuan. Bersamaan
dengan segala keterbatasan tersebut, terkandung hasrat mencapai hasil yang
sebesar-besarnya untuk memenuhi segala kebutuhan sebagai ukuran kesejahteraan.
Dari kedua hal yang tidak saling menenggang inilah, perlu disusun suatu rencana
agar usaha pencapaian tujuan dapat berjalan
efektif dan efisien. Hasil yang dicapai dari usaha menggunakan kemampuan
maksimum dengan hasil sebesatr-besarnya yang mungkin diperoleh, disebut
"usaha optimum".
Perencanaan
merupakan proyeksi masa depan. Segala tindakan untuk tujuan masa depan jelas
mempunyai hubungan erat dengan apa yang
dimiliki sekarang. Tidakan tersebut di atas disadari oleh pemikiran pragmatis
rasional untuk sutau kurun waktu tertentu.
Perencanaan mendasari pembangunan, karena pembangunan berarti perencanaan
dan pelaksanaan. Pembangunan dapat pula diartikan sebagai usaha merubah nilai
suatu keadaan ke keadaan lain yang
mempunyai mutu yang lebih baik.
Perencanaan
dimaksudkan untuk waktu yang akan datang, sehingga setiap perencanaan harus
dapat memperkirakan berbagai situasi yang akan terjadi di kemudian hari. Dengan demikian, tidak saja tujuan yang
dirumuskan, tetapi juga penelaahan situasi yang cukup tepat harus merupakan
indikator utama. Selain dihadapkan kepada beberapa hal yang harus diramalkan,
perencanaan dihadapkan pula kepada pemilihan tidakan yang diperhitungkan
mempunyai akibat potimum. Hal-hal ini mengakibatkan pentingnya dilaukan
analisis data dasar dan berbagai
keterangan masa lalu, sehingga tujuan perencanaan dapat diharapkan
tercapai. Dengan analisis dapat pula
diketahui dan dinilai potensi dan masalah yang dihadapi, sehingga dengan
demikian dapat dipilih serangkaian alternatif tindakan guna memecahkan masalah
yang dihadapi tersebut. Disamping itu dapat diperhitungkan akibat berantai yang
akan terjadi karena pelaksanaan suatu tindakan.
1.6. Analisis dan Model
Untuk dapat
melihat segala aspek perencanaan menurut proporsinya, perencana harus
mempunyai daya pandang yang luas dan menyeluruh. Oleh karena perencana pada kenyataannya hanya
merupakan bagian kecil daripada
rancangannya, maka ia harus "mengecilkan" atau
'menyederhanakan" obyek rencananya.
Dengan kata lain perencana menggunakan "model".
Perencana
pembangunan wilayah berkepentingan dengan kebutuhan penduduk akan perumahan, perkembangan
ekonomi dan pola transportasi (Wilson ,
1974).
PENDUDUK KEGIATAN ORGANISASI
Perumahan
Lapangan kerja
Organisasi Pengadaan
Kebutuhan Berbagai pelayanan dan kadang -
penduduk kadang permintaan
Komunikasi
Prasarana
Gambar . Unsur pokok sistem Lingkungan wilayah
(kota-daerah).
Hal-hal di atas
mewajibkan perencana untuk memperhatikan model kependudukan (struktur penduduk,
arus migrasi antar daerah) dan model ekonomi dalam setiap kasus distribusi
ruang kegiatan.
Beberapa model
yang sering digunakan ialah:
(1). Model
Kependudukan
(2). Model
Ekonomi
(3). Model
Transpor
(4). Model
Tempat Kediaman dan Pengadaan Rumah
(5). Model
pemilihan tempat kerja
(6). Model
Pengadaan dan penggunaan fasilitas.
Model atau
simulasi digunakan sebagai langkah
'penyederha naan' masalah yang akan dianalisis. Penyederhanaan ini dapat
ditempuh melalui dua cara, yaitu:
(1). Menggunakan
Model Matematika, yaitu menyatakan hubungan aspek perencanaan seperti hubungan
matematika. Hal ini dilakukan pabila
masalah yang akan dianalisis mempunyai hubungan yang dapat diasosiasikan dengan
hubungan fungsi matematika, seperti garis lurus, lengkungan , model gravitasi,
atau model aljabar lainnya. Contohnya adalah analisis perkembangan jumlah
penduduk, analisis migrasi, analisis transportasi, analisis input-output,
analisis ekonomi.
(2). Menggunakan
model Miniatur, yaitu menyatakan obyek dalam skala miniatur yang tetap
proporsional, misalnya maket, peta, sistem nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar