Minggu, 22 April 2012


1. Pendahuluan

Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan (kontinyu), berkelanjutan, sejak dari  tahap survei hingga tahap pengamatan.  Perencanaan fisik merupakan bagian atau alat orga­nisasi masyarakat dan pengawasan atau kontrol penggunaan sumber­daya lahan. Pada kenyataannya proses perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai, karena selalu memerlukan peninjauan  ualng atau pengkajian , guna memberikan  umpan balik  dalam proses evaluasi.  Dalam proses penentuan alternatif , pemilihan alter­natif dan evaluasi diperlukan analisis yang seksama.
Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti sutau keadaan.  Data, informasi  atau keterangan mengenai suatu  keadaan diurai dan dikaji hubungannya satu sama lain, diselidiki kaitan  yang ada  antara yang satu dengan yang lainnya.  Analisis wilayah (region­al) ialah cara melihat berbagai faktor perkembangan dalam skala wilayah. Dalam hal analisis daerah, daerah dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang batasannya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tu­juan, sekala, dan proses.  Tujuan sangat besar pengaruhnya terhadap proses perencanaan.
Pertanyaan untuk apakah? dan untuk Siapa dilakukan perencanaan ?, menunjukkan peranan "tujuan"  dalam perencanaan.  Pada setiap pembuatan perencanaan, perencana harus sudah mengetahui atau menetapkan tujuannya dan untuk siapa perencanaan dibuat. Dalam konteks ini,  proses perencanaan dapat diartikan sebagai  suatu usaha  memak­simumkan segala sumberdaya yang ada pada suatu wilayah atau negara untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. Untuk dapat menerapkan asas memaksimumkan manfaat segala sumberdaya dengan meminimumkan dana masyarakat, diperlukan kemampuan anali­sis atas kedua faktor yang tidak saling menenggang tersebut.
Skala perencanaan mempunyai peranan penting pula.  Secara teori, perencana dapat mencakup seluruh dunia, atau lebih kecil ialah batas wilayah negara. Sebagai contoh, dapat dikemukakan perencanaan daerah aliran sungai yang menembus batas wilayah negara. 
Pada umumnya kita memepersoalkan perencanaan dalam skala nasion­al, wilayah dan setempat.  Setiap cita-cita dan tujuan suatu negara dituangkan dalam rencana /ran­cangan nasional yang kemudian dipecah-pecah ke dalam rancangan wilayah.  Dalam pelaksanaannya ke sasaran terakhir, rancangan wilayah diterjemahkan ke dalam rencana setempat.  Dari sini terlihat, rancangan daerah meuupakan jembatan antara rancangan nasional dan setempat. 
Faktor perencanaan lainnya ialah proses. Daerah maupun kota selalu berubah.  Keadaan sosial akan berubah, lambat atau cepat.  Bebagai perubahan ini tentu saja akan berpengaruh pada ekonomi masyarakat, sehingga selanjutnya berpengaruh pula pada keadaan fisik daerah/kota.  Daerah atau kota yang mengalami urbanisasi besar, mengalami perubahan ekonomi dan fisik yang juga bergerak dengan cepat.  Pulau Jawa dan beberapa kota besar di Indonesia merupakan teladan yang bagus.  Pola dan laju proses perkembangan masyarakat, ekonomi, plitik dan lainnya dapat dikaji untuk dijadikan  bahan pertimbangan pokok bagi penentuan kebijakan perencanaan. Kebijakan ini men­yangkut beberapa aspek penting. Selain menentukan Apa yang dikembangkan, juga harus menentukan BAGAIMANA, KAPAN, dan BERAPA BESAR pengembangannya.  Melihat pola dan laju perkembangan penduduk, seorang perencana kota misalnya akan dapat menentukan segala kebutuhan yang diperlukan pada 10 tahun mendatang. Hal ini sudah mencakup pertanyaan apa dan kapan.  Dalam perencanaan, hal tersebut belumlah cukup dan masih harus dilengkapi dengan pengetahuan "berapa besar" pengembangan yang sebenarnya dibutuh­kan , dan "bagaimana" mewujudkannya. 
Berbagai kesulitan akan dihadapi dalam pekerjaan analisis, terutama yang menyangkut data, definisi daerah atau kota, penen­tuan batas daerah perencanaan dan lainnya.  Dalam pekerjaan analisis, seringkali dihadapi berbagai kesulitan a.l. ketersediaan data dan penentuan daerah perencanaan.

Ketersediaan data.
Data tidak selalu tersedia seperti yang diingini oleh kepentingan analisis.  Keadaan ini terutama dijumpai di Indone­sia, yang sistem pencatatan datanya masih beragam.  Bahkan dalam suatu daerah pun, misalnya propinsi, terdapat perbedaan pencatatan.  Contohnya dalam hal data penduduk, terdapat kabupaten atau kecamatan yang mencatat jumlah penduduk terinci menurut golongan umur , sedangkan lainnya mencatat menurut golongan umur lima tahunan bahkan ada yang merinci dengan sebutan anak-anak, dewasa dan tua.

Penentuan daerah perencanaan.
Daerah perencanaan tidak selalu terikat pada wilayah administrasi daerah. Kadangkala daerah perencanaan didasarkan atas aspek fisik, misalnya daerah perencanaan aliran sungai, daerah perencanaan persawahan pasang-surut, wilayah pembangunan.

1.2. Survei
Survei merupakan tindakan awal dari sutau  proses riset atau penelitian dan biasnaya mengandung maksud  untuk "pengumpulan data". Tahapan pengumpulan data ini merupakan  sarana pokok untuk menemukan  penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Penelitian merupakan  penyelidikan dan epengujian  yang amat kritis dan teliti guna  menanggapi dan memecahkan suatu masalah. Kesukaran umum pada proses pemecahan masalah lazimnya berkisar pada dua sebab, yaitu
(1)   Orang kurang mampu menggunakan cara pemecahan atau cara epenyelesaian masalah tersebut.  Hal ini karena beberapa faktor, seperti kurang tajam dan kurang obyektifnya cara berfikir, kurang cerdas,  kurang memiliki kemampuan psikis untuk berfikir secara rasional, tidak cukup memiliki ketrampilan teknis, tidak cukup memiliki ketrampilan sosial untuk menaggapi berbagai masalah sosial, dan sebagainya.  Keadaan seperti ini disebut sebagai "kekurangan formal" atau kekurangan  yang  bersifat  meto­dologis.
(2).  Disebabkan oleh kurangnya jumlah fakta yang ada hubungannya dengan permasalahan yang tengah dihadapi. Hal ini disebut seba­gai "kekurangan bersifat materi" (Kartono, 1976).


1.2.1. Pengumpulan Data
Riset merupakan kegiatan ilmiah yang sistematik, terarah dan bertujuan.  Dengan demikian bukan merupakan pengumpulan data yang secara kebetulan, tetapi menghimpun data  dan informasi yang relevan. Dalam kegiatan ini perhlu diperhatikan  beberapa hal sbb: (1) Jenis data, (2) tempat diperolehnya data, (3) cara memperolehnya, (4) jumlah data yang harus dikumpulkan agar mencukupi kebutuhan (cukup, memadai, dan tepat).

Jenis Data
(1). Data kuantitatif,  yaitu data yang dapat diselidiki secara langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan cara sederhana.
(2). Data kualitatif, data yang tidak dapat diselidiki secara langsung dan hanya dapat diukur dengan cara tidak langsung, seperti misalnya tingkat inteligensia, ketrampilan, kejujuran, dan lainnya.

Sumber data
Dua macam sumber data yang lazim dilibatkan adalah sumber lapan­gan dan sumber dokumenter.




1.2.3. Teknik pengumpulan data

(1). Teknik Komunikasi
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai  pengumpul data, se­dangkan pihak lain yang dihubungi bertindak sebagai ionforman. Dengan teknik ini  terjadi komunikasi tanya-jawab, baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu perlu diusahakan agar pihak informan mau dan dapat mengerti isi dan arti dari masalah yang akan dibahas. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh , yaitu  bahasa dan cara pendekatan.  Beberapa petunjuk  dalam pelaksanaan teknik komunikasi ini a.l. (1) perumusan masalah dan tujuan penelitian yang jelas, untuk menentukan pengarahan topik yang hendak dikomunikasikan, (2) menggunakan alat komunikasi yang tepat dan penggunaan bahasa yang harus menarik, bersikap simpatik dan luwes, (3). menghindari berbagai hal yang dapat menyinggung harga diri dan  perasaan subyek pemberi informasi. Menjunjung tinggi kerahasiaan fakta pribadi, (4) kalau mungkin diadakan percobaan atau latihan pendekatan terlebih dahulu.

(2). Teknik Observasi
Pada dasarnya teknik observasi sama dengan teknik komunikasi. Perbedaannya adalah pada cara pengisian daftar sisian dan daftar pertanyaan.  Pada teknik komunikasi pengisian dilakukan oleh informan, sedangkan pada teknik observasi dilakukan oleh epenel­iti.

(3). Studi literatur
Peneliti mempelajari data, kuantitatif dan kualitatif, melalui sumber dokumenter (laporan, monografi daerah, dan lainnya).   Untuk kepentingan perencanaan pembangunan wilayah, pengum pulan data dan informasi dengan cara-cara di atas masih harus didukung dengan  pengamatan langsung ke lapangan.  Hal ini dapat dilaku­kan dengan jalan menjelajahi seluruh daerah perencanaan, menin­jau daerah perencanaan dari udara, atau meninjau beberapa bagian daerah perencanaan yang dianggap dapat memberikan gambaran  daerah secara keseluruhan.

1.3. Kompilasi data
Data yang berhasil dikumpulkan dari survei dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca, mudah dilihat kaitan­nya satu dengan yang lain, dan informatif.  Tahap kompilasi data ini harus mempunyai bobot "pra analisis", artinya dari kompilasi data ini sudah dapat terbaca segala kecenderungan di masa menda­tang, yang akan sangat penting peranannya dalam proses perama­lan.  Macam kompilasi data dipengaruhi oleh sistem analisis data yang akan digunakan, yang juga menentukan volume data yang dibutuhkan. Oleh karena itu pencatatan data  harus dibuat sede­mikian rupa agar bermanfaat bagi analisis data.  Data mentah harus dibuat selengkap mungkin dan terinci.
Kompilasi data dapat disajikan dengan berbagai cara seperti dalam bentuk tabel, peta, grafik, gambar dan bagan.

1.4. Analisis data
Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk menge tahui penyebabnya, dan bagaimana duduk perkaranya. Menganalisis ialah menyelidiki dengan menguraikan masing-masing bagiannya (Poerwa­darminta, 1976).  Pengertian "analisis" ini  memberikan petunjuk kepada kita apa yang menjadi tujuan pokok analisis. Di dalam perencanaan daerah atau kota, siapakah yang harus mempu nyai kemampuan menganalisis? Perencanaan selalu dihadapkan pada persoalan yang sangat rumit.  Wilson (1974) telah membagi  proses perencanaan menjadi tiga kegiatan, yaitu: penyusunan kebijaksa­naan,  rencana (disain) dan analisis.
Perencana perlu  memiliki kemampuan menganalisis agar mampu menemukan persoalan dan meramalkan  pengaruh (impact) perenca­naannya.  Penentu kebijaksanaan harus mempunyai kemam puan meren­cana dengan baik untuk menjamin agar ia mempunyai pandangan yang luas atas alternatif rencana yang dihadapinya, dan juga memiliki sekedar kemampuan  menganalisis guna  membantu mengembangkan kriteria penilaian dalam menentukan pilihan atas alternatif.

 


KEBIJAKSANAAN    ............        Pelaksanaan
                                                   Kriteria penilaian
                                                   Perumusan tujuan

 

RENCANA (DISAIN)  ..........         Penyajian rencana
                                                   Mencari alternatif rencana

 

ANALISIS           ..............       Diagnosis masalah
                                                   Modes, sistem.


Proses perencanaan yang lengkap selalu akan melalui tahap anali­sis.  Kebijaksanaan  perencanaan muncul sebagai hasil dari proses analisis, dan seluruh wujud  perencanaan merupakan hasil dari proses analisis.  Suatu daerah atau kota tidak akan terus mener­us berada dalam keadaannya sekarang, tetapi ia akan berubah.  Perubahan ini dpaat bergerak menuju ke arah positif, tetapi dapat pula  bergerak ke arah negatif; keduanya dikenal sebagai "perkembangan" daerah atau kota.  Untuk mengetahui perubahan ini dan untuk menentukan arah kecenderungan perkembangannya diperlu­kan suatu alat observasi.
Perencanaan tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan akan ke­cenderungan obyek perencanaan.  Dengan mengetahui kecende rungan perkembangan dan berbagai faktor atau variabel yang berpengaruh, dapatlah ditentukan strategi perencanaan agar dicapai hasil sebaik mungkin. Untuk semua ini diperlukan analisis yang cukup teliti dan rumit yang menyangkut berbagai segi kehidupan dan penghidupan daerah dan kota.
Diagram keterkaitan  tiga kegiatan dalam proses perencanaan pembangunan wilayah dapat diabstraksikan sbb:




.
 
                           Indikasi tujuan (keluaran)
                           Pernyataan masalah
                           Pencapaian target

 
Rencana                                                 Penilaian alternatif
Pendahuluan
 
 
Penilaian pendahuluan                           Sistem:Ramalan penghayat-
atas dampak yang di-                             an dan pengamatan sumber,
perkirakan timbul                                   organisasi perorangan dan      
                                                               rumah-tangga
                                                               Model & Sistem Informasi
 

 

Rencana                                                                          Ramalan pengaruh
mengungkapkan              Sistem analisis            luar, anggapan/
alternatif                                                              asumsi, dll.



 


                   KERANGKA KEBIJAKSANAAN



Dalam analisis, yang diharapkan adalah kesimpulan analisis yang akan digunakan sebagai pegangan tindakan selanjutnya.  Selain metode logika, dalam analisis data juga dikenal  penggunaan model matematika yang akan memberikan jawaban baik kuantitatif maupun kualitatif.  Penggunaan model amtematika sudah barang tentu tidak dapat dilepaskan dari beberapa asumsi yang mendasari pemakaiannya.

1.5. Hakekat Perencanaan
Dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun menuju masyara­kat yang adil dan makmur, pencapaian tujuan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari perencanaan, yaitu program tindakan yang menuju ke kesejahteraan masyarakat.
Ukuran kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran relatif dan sangat sukar didefinisikan.  Kesejahteraan itu sendiri dibentuk oleh berbagai faktor yang kait mengkait yang dapat diterjemahkan ke dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam membentuk  suatu sistem.  Perencanaan merusaha merubah salah satu atau beberapa faktor  dalam sistem tersebut, yang diharapkan dapat menimbulkan  suatu rangkaian akibat yang merubah faktor lainnya dalam sistem tersebut secara positif.
Dalam usaha pembangunan masyarakat, pemerintah dan masyarakat itu sendiri  dihadapkan kepada berbagai  keterbatasan yang mengurangi kebebasan gerak usaha usaha pencapaian tujuan.  Bersamaan dengan segala keterbatasan tersebut, terkandung hasrat mencapai hasil yang sebesar-besarnya untuk memenuhi segala kebutuhan sebagai ukuran kesejahteraan. Dari kedua hal yang tidak saling menenggang inilah, perlu disusun suatu rencana agar usaha pencapaian tujuan dapat berjalan  efektif dan efisien. Hasil yang dicapai dari usaha menggunakan kemampuan maksimum dengan hasil sebesatr-besarnya yang mungkin diperoleh, disebut "usaha optimum".

Perencanaan merupakan proyeksi masa depan. Segala tindakan untuk tujuan masa depan jelas mempunyai hubungan  erat dengan apa yang dimiliki sekarang. Tidakan tersebut di atas disadari oleh pemik­iran pragmatis rasional untuk sutau kurun waktu tertentu.  Perencanaan mendasari pembangunan, karena pembangunan berarti perencanaan dan pelaksanaan. Pembangunan dapat pula diartikan sebagai usaha merubah nilai suatu keadaan  ke keadaan lain yang mempunyai mutu yang lebih baik.
Perencanaan dimaksudkan untuk waktu yang akan datang, sehingga setiap perencanaan harus dapat memperkirakan berbagai situasi yang akan terjadi di kemudian hari.  Dengan demikian, tidak saja tujuan yang dirumuskan, tetapi juga penelaahan situasi yang cukup tepat harus merupakan indikator utama. Selain dihadapkan kepada beberapa hal yang harus diramalkan, perencanaan dihadap­kan pula kepada pemilihan tidakan yang diperhitungkan mempunyai akibat potimum. Hal-hal ini mengakibatkan pentingnya dilaukan analisis  data dasar dan berbagai keterangan masa lalu, sehingga tujuan perencanaan dapat diharapkan tercapai.  Dengan analisis dapat pula diketahui dan dinilai potensi dan masalah yang diha­dapi, sehingga dengan demikian dapat dipilih serangkaian alter­natif tindakan guna memecahkan masalah yang dihadapi tersebut. Disamping itu dapat diperhitungkan akibat berantai yang akan terjadi karena pelaksanaan suatu tindakan. 

1.6. Analisis dan Model
Untuk dapat melihat segala aspek perencanaan menurut proporsi­nya, perencana harus mempunyai daya pandang yang luas dan menye­luruh.  Oleh karena perencana pada kenyataannya hanya merupakan bagian kecil daripada  rancangannya, maka ia harus "mengecilkan" atau 'menyederhanakan" obyek rencananya.  Dengan kata lain perencana menggunakan "model".
Perencana pembangunan wilayah berkepentingan dengan kebutuhan penduduk akan perumahan, perkembangan ekonomi dan pola transpor­tasi (Wilson, 1974).



 

PENDUDUK                  KEGIATAN                   ORGANISASI
 


 

                                       Perumahan
 

            
                                      Lapangan kerja
 



                                                                           Organisasi  Pengadaan
Kebutuhan                  Berbagai pelayanan             dan kadang  -                  
penduduk                                                            kadang permintaan
                                      

 

                                       Komunikasi
 

 

                                       Prasarana



Gambar     . Unsur pokok sistem Lingkungan wilayah (kota-daerah).



Hal-hal di atas mewajibkan perencana untuk memperhatikan model kependudukan (struktur penduduk, arus migrasi antar daerah) dan model ekonomi dalam setiap kasus distribusi ruang kegiatan.
Beberapa model yang sering digunakan ialah:
(1). Model Kependudukan
(2). Model Ekonomi
(3). Model Transpor
(4). Model Tempat Kediaman dan Pengadaan Rumah
(5). Model pemilihan tempat kerja
(6). Model Pengadaan dan penggunaan fasilitas.

Model atau simulasi  digunakan sebagai langkah 'penyederha naan' masalah yang akan dianalisis. Penyederhanaan ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu:
(1). Menggunakan Model Matematika, yaitu menyatakan hubungan aspek perencanaan seperti hubungan matematika.  Hal ini dilaku­kan pabila masalah yang akan dianalisis mempunyai hubungan yang dapat diasosiasikan dengan hubungan fungsi matematika, seperti garis lurus, lengkungan , model gravitasi, atau model aljabar lainnya. Contohnya adalah analisis perkembangan jumlah penduduk, analisis migrasi, analisis transportasi, analisis input-output, analisis ekonomi.
(2). Menggunakan model Miniatur, yaitu menyatakan obyek dalam skala miniatur yang tetap proporsional, misalnya maket, peta, sistem nilai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar