Minggu, 22 April 2012




Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

BAB II
KETENTUAN UMUM


2.1.           Pengertian Umum
Ruang adalah  wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya
hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata  Ruang  adalah  wujud  struktural  dan  pola  pemanfaatan  ruang,  baik
direncanakan maupun tidak.
Penataan  Ruang  adalah  proses  perencanaan  tata  ruang,  pemanfaatan
ruang,  dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan
ruang   adalah   susunan   unsur-unsur   pembentuk   rona   lingkungan   alam,
lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural
berhubungan  satu  dengan  lainnya  membentuk  tata  ruang;  diantaranya
meliputi hirarki pusat pelayanan seperti  pusat kota, lingkungan; prasarana
jalan  seperti  jalan  arteri,  kolektor,  lokal  dan  sebagainya.  Sementara  pola
pemanfaatan   ruang   adalah     bentuk    pemanfaatan    ruang    yang
menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau
kegiatan  alam;  diantaranya  meliputi  pola  lokasi,   sebaran  permukiman,
tempat   kerja,   industri,   dan   pertanian,   serta   pola   penggunaan   tanah
perdesaan dan perkotaan.
Kebutuhan atau tingkat kepentingan wujud struktural dan pola pemanfaatan
ruang secara bersamaan akan berbeda untuk setiap tingkatan rencana tata
ruang kawasan perkotaan. Pada tingkat rencana struktur, kebutuhan akan
keserasian  dan  keterkaitan  sistem  pusat-pusat  menjadi  prioritas  utama
dibandingkan dengan kebutuhan akan pola pemanfaatan ruang. Sebaliknya,
rencana teknis ruang akan lebih menitikberatkan kebutuhan pengaturan tata
letak  dibandingkan  keterkaitan  sistem  pusat-pusat  secara  hirarkis  (lihat
gambar 2.1).






II  -  1



RENCANA STRUKTUR
PENGATURAN STRUKTUR
PEMANFAATAN
RENCANA UMUM
RUANG
RENCANA DETAIL
PENGATURAN
RENCANA TEKNIK
POLA PEMANFAATAN
RUANG

 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Gambar 2.1
Diagram Hubungan Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
Pada Setiap Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan









Kawasan  Perkotaan  adalah  kawasan  yang  mempunyai  kegiatan  utama
bukan   pertanian   dengan   susunan   fungsi   kawasan   sebagai   tempat
permukiman   perkotaan,   pemusatan   dan   distribusi    pelayanan   jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Berdasarkan  Undang-Undang  No.  22  Tahun  1999  tentang  Pemerintahan
Daerah, Kawasan Perkotaan dibedakan atas:
a.    Kawasan Perkotaan yang berstatus administratif Daerah Kota;
b.    Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah Kabupaten;
c.    Kawasan Perkotaan Baru yang merupakan hasil pembangunan yang
mengubah Kawasan Perdesaan menjadi Kawasan Perkotaan;
d.    Kawasan  Perkotaan  yang  mempunyai  bagian  dari  dua  atau  lebih
daerah yang berbatasan sebagai satu kesatuan sosial, ekonomi dan
fisik perkotaan.
Perencanaan  tata  ruang  Kawasan  Perkotaan,  secara  sederhana  dapat
diartikan sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang
perkotaan  serta  pengembangan  infrastruktur  pendukung  yang  dibutuhkan
untuk mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang diinginkan.
Penanganan penataan ruang masing-masing Kawasan Perkotaan tersebut
perlu  dibedakan  antara  satu  dengan  lainnya.  Ada  3  klasifikasi  Kawasan
Perkotaan yang akan diuraikan dalam Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan ini:
a.     Kawasan Perkotaan Metropolitan;
b.     Kawasan Perkotaan yang berstatus Daerah Kota;
c.      Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah Kabupaten.




II  -  2



Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Sesuai dengan klasifikasi tersebut di atas, maka:
·      untuk   Kawasan       Perkotaan       Metropolitan,        pengaturan
pemanfaatan   ruang   diarahkan   bagi   keserasian   pusat-pusat
wilayah maupun kota, yang dipandang dalam rangka keserasian
administratif    maupun   fungsional,   dan    sifat    rencananya
menyangkut hal-hal yang strategis;
·      untuk  Kawasan  Perkotaan  yang  merupakan  Daerah  Kota,
kedalaman rencananya bersifat umum;
·      untuk   Kawasan   Perkotaan   yang   merupakan   bagian   dari
Daerah  Kabupaten,  diakomodasikan  perencanaannya  dalam
RTRW Kabupaten yang bersifat umum.
Selanjutnya kawasan perkotaan yang berstatus Daerah Kota disebut
‘Kota’.

2.2.            Kedudukan dan Jenis Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
·      Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan
lindung dan kawasan budi daya;
·      Penataan   ruang   berdasarkan   aspek   administratif   meliputi   ruang
wilayah       Nasional,       wilayah       Propinsi,       dan       wilayah
Kabupaten/Kotamadya;
·      Penataan  ruang  berdasarkan  fungsi  kawasan  dan  aspek  kegiatan
meliputi  Kawasan  Perdesaan,  Kawasan  Perkotaan,  dan  Kawasan
Tertentu;
·      Penataan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan sebagai bagian
dari penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota;
·      Penataan ruang Kawasan Perkotaan meliputi proses perencanaan tata
ruang,  pemanfaatan  ruang  dan  pengendalian  pemanfaatan  ruang
kawasan perkotaan.;
·      Perencanaan tata ruang Kawasan Perkotaan dilakukan melalui proses
dan  prosedur  penyusunan  serta  penetapan  Rencana  Tata  Ruang
Kawasan  Perkotaan  berdasarkan  ketentuan  peraturan  perundang-
undangan yang berlaku;
·      Rencana  Tata  Ruang  Kawasan  Perkotaan  perlu  dibedakan  dalam  3
jenis rencana dengan tingkat kedalaman yang berbeda:
1)   Rencana   Struktur,   adalah   kebijakan   yang   menggambarkan
arahan tata ruang untuk Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam
jangka waktu sesuai dengan rencana tata ruang;
2)   Rencana Umum, adalah kebijakan yang menetapkan lokasi dari
kawasan   yang   harus   dilindungi   dan   dibudidayakan  serta


II  -  3



Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

diprioritaskan    pengembangannya   dalam     jangka     waktu
perencanaan;
3)      Rencana Rinci, terdiri dari:
a.     Rencana        Detail,       merupakan     pengaturan     yang
memperlihatkan  keterkaitan  antara  blok-blok  penggunaan
kawasan  untuk  menjaga  keserasian  pemanfaatan  ruang
dengan manajemen transportasi kota dan pelayanan utilitas
kota.
b.     Rencana      Teknik,      merupakan   pengaturan  geometris
pemanfaatan   ruang   yang   menggambarkan               keterkaitan
antara  satu  bangunan  dengan  bangunan  lainnya,  serta
keterkaitannya  dengan  utilitas   bangunan  dan   utilitas
kota/kawasan (saluran drainase, sanitasi dll).
Sesuai dengan tingkatan kedalaman perencanaan tata ruang tersebut,
maka produk perencanaan tata ruang kawasan perkotaan meliputi:
a.     Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan;
b.     Rencana Umum Tata Ruang  Kawasan Perkotaan/Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota;
c.      Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan;
d.     Rencana   Teknik   Ruang   Kawasan   Perkotaan/Rencana   Tata
Bangunan dan Lingkungan.
Keterkaitan   perencanaan   masing-masing   tingkatan   Rencana   Tata
Ruang   Kawasan   Perkotaan   dapat   digambarkan   dalam   proses
perencanaan sebagai diagram pada Gambar 2.2.

















II  -  4


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan




Gambar 2.2
Bagan Alir Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

RTRWN
RTRWP


IDENTIFIKASI

RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN METROPOLITAN

PERMASALAHAN
KESERASIAN DAN
KETERPADUAN
PENGEMBANGAN KOTA
INTI DAN KOTA-KOTA

FORMULASI TUJUAN
PENGEMBANGAN
METROPOLITAN

Perumusan kondisi yang akan datang:
·     Estimasi      kebutuhan      pengembangan
fungsional kota-kota
·     Estimasi hub. fungsional kota-kota

·  Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
·  Arahan pengembangan sistem prasarana dan sarana primer
·  Arahan kebijaksanaan TGA, TGU DAN SDA lainnya


RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

Rumusan kondisi yang akan datang :

RENCANA TATA RUANG   WILAYAH KOTA

IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN KOTA


IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN   DAN
PERWUJUDAN RUANG
KAWASAN

FORMULASI VISI
PEMBANGUNAN KOTA



FORMULASI TUJUAN
PENGEMBANGAN
KAWASAN

·     Estimasi      kebutuhan      dan      peluang
pengembangan kota
·     Estimasi          hubungan          fungsional
kawasan kota


Rumusan kondisi yang akan datang :
·  Estimasi                 kebutuhan                 dan
pelaksanaan pembangunan

·  Pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
·  Pengelolaan kawasan tertentu
·  Sistem prasarana dan sarana sekunder TGT, TGU dan SDAlainnya
·  Pentahapan dan prioritas pengembangan untuk perwujudan struktur pemanfaatan
ruang kota

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN
·  Rencana pemanfaatan ruang kawasan fungsional dalam blok-blok peruntukan
·  Rencana struktur pelayanan
·  Rencana sistem jaringan pergerakan primer dan sekunder
·  Rencana sistem utilitas
·  Arahan kepadatan, ketinggian bangunan sempadan untuk setiap blok peruntukan
·  Rencana pengelolaan sarana dan prasarana


IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN


TUJUAN

RENCANA TEKNIK RUANG KAWASAN PERKOTAAN

PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
KAWASAN

PEMBANGUNAN
LINGKUNGAN & MASA
BANGUNAN

Perkiraan pemanfaatan fisik dan
daya dukung lingkungan

·  Rencana pemanfaatan ruang berupa rencana perpetakan dan   tata
letak bangunan
·  Arahan letak dan penampang jalan serta utilitas
·  Rencana tapak, tata letak bangunan gedung dan bukan gedung




II  -  5



Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

2.3.            Klasifikasi dan Kriteria Kawasan Perkotaan
2.3.1 Kawasan Perkotaan berdasarkan status pemerintahan dibedakan
atas:
a)   Kawasan Perkotaan yang merupakan Daerah Kota;
b)   Kawasan   Perkotaan   yang   merupakan   bagian   dari   Daerah
Kabupaten,   yang   terdiri   dari   ibukota   Kabupaten,   Kawasan
Perkotaan  yang  sesuai  kriteria,  termasuk  Kawasan  Perkotaan
Baru (yaitu kawasan yang merupakan hasil pembangunan yang
mengubah kawasan perdesaan menjadi kawasan perkotaan);
c)     Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih
Daerah Otonom yang berbatasan sebagai satu kesatuan sosial,
ekonomi, dan fisik perkotaan.
a)      Kriteria Kawasan Perkotaan yang merupakan Daerah Kota
·  Kemampuan  ekonomi;  merupakan  cerminan  hasil  kegiatan
usaha perekonomian yang berlangsung di suatu Daerah Kota,
yang dapat diukur dari:
-   PDRB (produk domestik regional bruto);
-   Penerimaan daerah sendiri.
·  Potensi  daerah;  merupakan  cerminan  tersedianya  sumber
daya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbangan
terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat,
yang dapat diukur dari:
-   Lembaga keuangan;
-   Sarana ekonomi;
-   Sarana pendidikan;
-   Sarana kesehatan;
-   Sarana transportasi dan komunikasi;
-   Sarana pariwisata;
-   Ketenagakerjaan.
·  Sosial  budaya;  merupakan  cerminan  yang  berkaitan  dengan
struktur sosial dan pola budaya masyarakat, yang dapat diukur
dari:
-   Tempat peribadatan;
-   Tempat/kegiatan institusi sosial dan budaya;
-   Sarana olahraga.
·  Sosial   politik;   merupakan   cerminan   kondisi   sosial   politik
masyarakat, yang dapat diukur dari:
-   Partisipasi masyarakat dalam berpolitik;
-   Organisasi kemasyarakatan.


II  -  6



Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan


·  Jumlah penduduk; merupakan jumlah tertentu penduduk suatu
daerah.
·  Luas daerah; merupakan luas tertentu suatu daerah.
·  Pertimbangan   lain   yang   memungkinkan   terselenggaranya
otonomi daerah; dapat diukur dari:
-   Keamanan dan ketertiban;
-   Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan;
-   Rentang kendali;
-   Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga)
Kecamatan;
Cara pengukuran kriteria tersebut di atas dilakukan berdasarkan
ketentuan  yang  tercantum  dalam  Lampiran  PP  No.  129  tahun
2000.
b)      Kriteria Umum Kawasan Perkotaan
·  Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau
lebih  dari  75%  mata  pencaharian  penduduknya  di  sektor
perkotaan;
·  Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa;
·  Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per
hektar;
·  Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan
barang   dan   jasa   dalam   bentuk   sarana   dan   prasarana
pergantian moda transportasi.
c)      Kriteria Kawasan Perkotaan Metropolitan
·  Kawasan-kawasan Perkotaan yang terdapat di dua atau lebih
daerah otonom yang saling berbatasan;
·  Kawasan Perkotaan yang terdiri atas satu kota inti berstatus
otonom   dan   Kawasan   Perkotaan   di    sekitarnya   yang
membentuk suatu sistem fungsional;
·  Kawasan   Perkotaan   dengan   jumlah   penduduk  secara
keseluruhan melebihi 1.000.000 jiwa.
d)      Kriteria Kawasan Perkotaan Baru
·  Kawasan   yang   memiliki    kemudahan  untuk   penyediaan
prasarana  dan  sarana  perkotaan  dengan  membentuk  satu
kesatuan  sistem  kawasan  dengan  kawasan  perkotaan  yang
ada;
·  Kawasan   yang   memiliki   daya   dukung   lingkungan   yang
memungkinkan untuk pengembangan fungsi perkotaan;


II  -  7



Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

·  Kawasan yang terletak di atas tanah yang bukan merupakan
kawasan pertanian beririgasi teknis dan bukan kawasan yang
rawan bencana alam;
·  Kawasan   yang   tidak   mengakibatkan   terjadinya   konurbasi
dengan kawasan perkotaan di sekitarnya;
·  Kawasan yang sesuai dengan sistem perkotaan berdasarkan
Rencana   Tata   Ruang   Wilayah   Nasional,   Propinsi,   dan
Kabupaten;
·  Kawasan  yang  dapat  mendorong  aktivitas  ekonomi,  sesuai
dengan fungsi dan perannya;
·  Kawasan yang mempunyai luas kawasan budi daya sekurang-
kurangnya 400 hektar dan merupakan satu kesatuan kawasan
yang bulat dan utuh, atau satu kesatuan wilayah perencanaan
perkotaan dalam satu daerah kabupaten;
·  Kawasan    yang    direncanakan   berpenduduk   sekurang-
kurangnya 20.000 jiwa.
2.3.2 Kawasan          Perkotaan         berdasarkan          jumlah         penduduk
diklasifikasikan menjadi :
a)     Kawasan  Perkotaan  Kecil,  yaitu Kawasan  Perkotaan  dengan
jumlah penduduk yang dilayani sebesar 10.000 hingga 100.000
jiwa;
b)     Kawasan Perkotaan   Sedang, yaitu Kawasan Perkotaan dengan
jumlah penduduk yang dilayani sebesar 100.001 hingga 500.000
jiwa;
c)      Kawasan  Perkotaan  Besar,  yaitu  Kawasan  Perkotaan  dengan
jumlah penduduk yang dilayani lebih besar dari 500.000 jiwa;
d)     Kawasan   Perkotaan   Metropolitan,   yaitu   Kawasan   Perkotaan
dengan   jumlah   penduduk   yang   dilayani   lebih   besar   dari
1.000.000 jiwa.














II  -  8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar